Rabu, 10 Mei 2017

Dan Aku Kembali Ditampar

Cerita hari ini sungguh membuatku merasa ditampar. Allah subhanahu wa ta'ala lagi-lagi mengingatkanku melalui "tamparanNya". Bahwa aku tak boleh dengan mudah berputus asa, bahwa aku tak boleh dengan gampangnya menyerah pada keadaan. Bahwa ada harapan yang masih bisa kugantungkan, pada Allah subhanahu wa ta'ala tentunya.

Hari ini seperti biasa, setiap seminggu sekali pada waktu tutorial, ada minikuis yang harus kuhadapi. Minikuis ini serasa momok ketiga bagiku setelah MCQ dan OSCE. Entahlah, sungguh menakutkan (bagi yang ga belajar malemnya-kayak aku). Tepat jam 10.05, dosen tutorial pun datang, dan menyuruh kami bersiap untuk menghadapi momok ketiga ini. "Yaps, silahkan kerjakan, waktunya 10 menit", hal yang selalu terucap dari setiap dosen tutorial paska soal minikuis dibagikan.
Dan kumulai meratap, mencerna 10 butir soal yang ada dihadapanku. Terkadang, kumulai mengerjakan dari nomer terakhir, karena tak paham dengan maksud soal di awal-awal. Tak khayal, aku juga sering menjawab asal-asalan karena aku kurang belajar (baca:kurang piknik). Mungkin banyak yang nggak ngira, antara nilai 10-100, aku pernah semua mendapatkannya. Hehe, memalukan memang, tapi ya gimana, kurasa pikiranku sungguh berbeda dengan teman-temanku yang lain. Pemahamanku juga begitu.
Baik, kita kembali ke cerita awal. Minikuis hari ini pun kukerjakan dengan cukup tenang, tapi sedikit deg-degan, karena seringkali jawabanku meleset. Apa yang kupahami berbeda dengan apa sebenarnya jawabannya. Kuselesaikan semua soal dengan yakin. Dan aku terbiasa untuk membaca 2 kali soal-soal yang telah kujawab, dan terkadang ada jawaban yang kuganti. Namun yang aku sesalkan, jawaban pertama selalu benar, dan bodohnya aku mengganti jawaban pertamaku ketika kertas jawabanku telah dikumpulkan. Tetapi tidak untuk kali ini. Aku yakin dengan jawaban pertamaku. "Yakin ! Jawaban pertama adalah apa yang kamu ingat sebenarnya. Yakin pada Allah subhanahu wa ta'ala", kata hatiku.
Lembar jawabanku telah aku kumpulkan. Dengan perasaan yang sedikit khawatir, apakah akan mendapatkan nilai yang sungguh memalukan itu lagi atau tidak. Terkadang aku mencuri-curi pandangan ke arah lembar jawab yang diperiksa oleh dosen tutorialku. Namun tetap tak kelihatan. Tapi yang membuatku cemas, sedikit ada bayangan namaku di kertas yang sedang diperiksa oleh dosenku itu. "Apa? Nilainya 30?" Resahku. "Oke fine, aku memang bodoh. Kenapa aku terlahir sebagai orang bodoh? Lagi-lagi aku tak mampu menjawab soal yang hanya seperti itu. Allah, kenapa aku bodoh?" sesalku dalam hati kala itu.
Namun, di sinilah Allah subhanahu wa ta'ala "menamparku". Tibalah akhir dari diskusi tutorial kami. Dosen tutorial pun membacakan satu persatu nilai kami dengan membaca 3 angka terakhir NIM kami. Dan buru-buru kututup nametag ku yang terdapat tulisan NIM nya itu (padahal teman-teman setutorial sudah hapal NIM-ku). "NIM 104, 50. NIM 101, 80. NIM 105, 80", sebut dosenku. "Apa? Aku 80? Bukannya 30 ya tadi?" Bisikku dalam hati. "Alhamdulillah, terima kasih Allah"....

Dan Allah subhanahu wa ta'ala adalah pemberi peringatan Yang Terbaik. Allah subhanahu wa ta'ala tak mau hambaNya berputus asa dan menyerah begitu saja. Ia ingin hambaNya berharap padanya. Apapun keadaan yang sedang melandanya. Allah subhanahu wa ta'ala tau kita bisa teman. Allah subhanahu wa ta'ala pengen liat usaha kita. Allah subhanahu wa ta'ala pengen kita ikhlas apapun yang terjadi, namun bukan berputus asa. Allah subhanahu wa ta'ala  mencintai kita, orang-orang yang berharap hanya padaNya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Rabu, 10 Mei 2017

Dan Aku Kembali Ditampar

Cerita hari ini sungguh membuatku merasa ditampar. Allah subhanahu wa ta'ala lagi-lagi mengingatkanku melalui "tamparanNya". Bahwa aku tak boleh dengan mudah berputus asa, bahwa aku tak boleh dengan gampangnya menyerah pada keadaan. Bahwa ada harapan yang masih bisa kugantungkan, pada Allah subhanahu wa ta'ala tentunya.

Hari ini seperti biasa, setiap seminggu sekali pada waktu tutorial, ada minikuis yang harus kuhadapi. Minikuis ini serasa momok ketiga bagiku setelah MCQ dan OSCE. Entahlah, sungguh menakutkan (bagi yang ga belajar malemnya-kayak aku). Tepat jam 10.05, dosen tutorial pun datang, dan menyuruh kami bersiap untuk menghadapi momok ketiga ini. "Yaps, silahkan kerjakan, waktunya 10 menit", hal yang selalu terucap dari setiap dosen tutorial paska soal minikuis dibagikan.
Dan kumulai meratap, mencerna 10 butir soal yang ada dihadapanku. Terkadang, kumulai mengerjakan dari nomer terakhir, karena tak paham dengan maksud soal di awal-awal. Tak khayal, aku juga sering menjawab asal-asalan karena aku kurang belajar (baca:kurang piknik). Mungkin banyak yang nggak ngira, antara nilai 10-100, aku pernah semua mendapatkannya. Hehe, memalukan memang, tapi ya gimana, kurasa pikiranku sungguh berbeda dengan teman-temanku yang lain. Pemahamanku juga begitu.
Baik, kita kembali ke cerita awal. Minikuis hari ini pun kukerjakan dengan cukup tenang, tapi sedikit deg-degan, karena seringkali jawabanku meleset. Apa yang kupahami berbeda dengan apa sebenarnya jawabannya. Kuselesaikan semua soal dengan yakin. Dan aku terbiasa untuk membaca 2 kali soal-soal yang telah kujawab, dan terkadang ada jawaban yang kuganti. Namun yang aku sesalkan, jawaban pertama selalu benar, dan bodohnya aku mengganti jawaban pertamaku ketika kertas jawabanku telah dikumpulkan. Tetapi tidak untuk kali ini. Aku yakin dengan jawaban pertamaku. "Yakin ! Jawaban pertama adalah apa yang kamu ingat sebenarnya. Yakin pada Allah subhanahu wa ta'ala", kata hatiku.
Lembar jawabanku telah aku kumpulkan. Dengan perasaan yang sedikit khawatir, apakah akan mendapatkan nilai yang sungguh memalukan itu lagi atau tidak. Terkadang aku mencuri-curi pandangan ke arah lembar jawab yang diperiksa oleh dosen tutorialku. Namun tetap tak kelihatan. Tapi yang membuatku cemas, sedikit ada bayangan namaku di kertas yang sedang diperiksa oleh dosenku itu. "Apa? Nilainya 30?" Resahku. "Oke fine, aku memang bodoh. Kenapa aku terlahir sebagai orang bodoh? Lagi-lagi aku tak mampu menjawab soal yang hanya seperti itu. Allah, kenapa aku bodoh?" sesalku dalam hati kala itu.
Namun, di sinilah Allah subhanahu wa ta'ala "menamparku". Tibalah akhir dari diskusi tutorial kami. Dosen tutorial pun membacakan satu persatu nilai kami dengan membaca 3 angka terakhir NIM kami. Dan buru-buru kututup nametag ku yang terdapat tulisan NIM nya itu (padahal teman-teman setutorial sudah hapal NIM-ku). "NIM 104, 50. NIM 101, 80. NIM 105, 80", sebut dosenku. "Apa? Aku 80? Bukannya 30 ya tadi?" Bisikku dalam hati. "Alhamdulillah, terima kasih Allah"....

Dan Allah subhanahu wa ta'ala adalah pemberi peringatan Yang Terbaik. Allah subhanahu wa ta'ala tak mau hambaNya berputus asa dan menyerah begitu saja. Ia ingin hambaNya berharap padanya. Apapun keadaan yang sedang melandanya. Allah subhanahu wa ta'ala tau kita bisa teman. Allah subhanahu wa ta'ala pengen liat usaha kita. Allah subhanahu wa ta'ala pengen kita ikhlas apapun yang terjadi, namun bukan berputus asa. Allah subhanahu wa ta'ala  mencintai kita, orang-orang yang berharap hanya padaNya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar