Minggu, 13 Maret 2016

20 Tahunku

Assalamu'alaykum wr. wb.

20 tahun.
Sudah 20 tahun diri ini menginjakkan kaki di bumi.
Setelah melewati masa-masa dengan usia yang mempunyai angka 1 di depannya, tibalah aku pada masa di mana nantinya aku akan mengenakan toga dan memakai topi wisuda. Di saat ama yang telah lama aku nanti-nantikan kehadirannya di kota pelajar ini.
Toga dan topi wisuda ! Sebuah motivasi untuk mahasiswi yang sudah 3/4 bagian dari masa kuliahnya terlampaui. Tinggal sebentar lagi aku di kampus ini, tinggal sedikit lagi cita yang bapak idam-idamkan itu terwujud.


20 tahun.
Aku tak tau di saat usia ini aku merasakan apa. Bahagia, iya, sebentar lagi aku menjadi dokter. Sedih, iya, karena usia duniaku kian berkurang.
Di angka ini juga, orang-orang biasanya melakukan aktivitas yang sakral, mulai dari wisuda, mencari kerja, dan......... Menikah.

Menikah? Aku masih belum bisa membayangkan ketika aku berada di momen itu.
Iya benar, lisanku sering bertanya "Kapan tulang rusukku menjadi genap?"
Mungkin, itu karena tak ada lagi guyonan yang bisa dilontarkan di usia sekarang ini. Beberapa teman sudah memulai kehidupan barunya dengan pendamping hidupnya. Iri? Mmm... Iya sedikit :3 Siapa yang tak ingin dilindungi, disayangi, menjadi orang yang dispesialkan bagi suami kelak?
Apalagi aku yang merupakan perempuan yang menjadi anak tertua dalam keluarga. Iya benar, dahulu aku mendamba-dambakan seorang kakak laki-laki, yang bisa melindungiku, mendapatkan kasih sayang seorang lelaki setelah bapak. Ternyata hanya impian, karena bapak dan adikku lah laki-laki yang menyayangiku. Dan ketika SMA, aku berpikir, sepertinya pacaran bisa menggantikan posisi kakak laki-laki (pikiranku ketika aku belum mengerti tentang pacaran). Mungkin asik bisa berpacaran saat itu, saat di mana seorang remaja tingkat akhir sepertiku sudah mulai menyukai lawan jenis. Tapi tidak, aku lebih menyukai berteman, bersahabat dengan teman-teman lelakiku yang sudah terakreditasi mengajariku memakai sepeda motor dengan kecepatan 90 km/jam saat itu. Lebih seru. Tak ada batas-batasan ketika seseorang berpacaran, karena tak ada hubungan yang mengharuskan mereka membatasi diri untuk berteman. Ah mereka, mungkin kalau tak ada keseruan mereka, aku tak akan secerewet ini.


Daaaan teman-temanku sudah mempersiapkan target mereka untuk menikah, bermacam-macam.
Bagaimana denganku? Kalau ada teman yang bertanya seperti itu, dengan entengnya aku menjawab, "Ntar yaa, abis wisuda S1." Dengan menjawab seperti itu, tak ada lagi pertanyaan lanjutan kan?
Mmm.... Tapi yaa, tentu, aku juga punya target. Sebelum seperempat abad, yapss sebelum 25 tahun insya Allah. Usia berapa tepatnya? Entahlah, mungkin 22 tahun setelah wisuda, atau 23 tahun ketika koass, atau 24 tahun setelah koass.

Kenapa malam ini aku membahas tentang ini? Karena tadi, tiba-tiba Mbak Nisa bertanya, "Kamu beneran mau nikah habis wisuda S1?" Di sana aku mulai curiga, tampang-tampang mbak Nisa yang mencurigakan. "Emang orangtuamu setuju?" Untuk jawabannya, masih di ujung keyboard :)

Dan di usia ini, aku mulai merasa aneh. Aku tak tau. Banyak sesuatu yang dirahasiakan. Katanya tentang aku. Katanya menunggu waktu yang tepat. Katanya nanti setelah aku cukup umur.
Aku tak suka sesuatu yang berbau rahasia. Aku takut dari rahasia itu menimbulkan prasangka yang tidak-tidak.

Cerita ini penuh teka-teki....

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Minggu, 13 Maret 2016

20 Tahunku

Assalamu'alaykum wr. wb.

20 tahun.
Sudah 20 tahun diri ini menginjakkan kaki di bumi.
Setelah melewati masa-masa dengan usia yang mempunyai angka 1 di depannya, tibalah aku pada masa di mana nantinya aku akan mengenakan toga dan memakai topi wisuda. Di saat ama yang telah lama aku nanti-nantikan kehadirannya di kota pelajar ini.
Toga dan topi wisuda ! Sebuah motivasi untuk mahasiswi yang sudah 3/4 bagian dari masa kuliahnya terlampaui. Tinggal sebentar lagi aku di kampus ini, tinggal sedikit lagi cita yang bapak idam-idamkan itu terwujud.


20 tahun.
Aku tak tau di saat usia ini aku merasakan apa. Bahagia, iya, sebentar lagi aku menjadi dokter. Sedih, iya, karena usia duniaku kian berkurang.
Di angka ini juga, orang-orang biasanya melakukan aktivitas yang sakral, mulai dari wisuda, mencari kerja, dan......... Menikah.

Menikah? Aku masih belum bisa membayangkan ketika aku berada di momen itu.
Iya benar, lisanku sering bertanya "Kapan tulang rusukku menjadi genap?"
Mungkin, itu karena tak ada lagi guyonan yang bisa dilontarkan di usia sekarang ini. Beberapa teman sudah memulai kehidupan barunya dengan pendamping hidupnya. Iri? Mmm... Iya sedikit :3 Siapa yang tak ingin dilindungi, disayangi, menjadi orang yang dispesialkan bagi suami kelak?
Apalagi aku yang merupakan perempuan yang menjadi anak tertua dalam keluarga. Iya benar, dahulu aku mendamba-dambakan seorang kakak laki-laki, yang bisa melindungiku, mendapatkan kasih sayang seorang lelaki setelah bapak. Ternyata hanya impian, karena bapak dan adikku lah laki-laki yang menyayangiku. Dan ketika SMA, aku berpikir, sepertinya pacaran bisa menggantikan posisi kakak laki-laki (pikiranku ketika aku belum mengerti tentang pacaran). Mungkin asik bisa berpacaran saat itu, saat di mana seorang remaja tingkat akhir sepertiku sudah mulai menyukai lawan jenis. Tapi tidak, aku lebih menyukai berteman, bersahabat dengan teman-teman lelakiku yang sudah terakreditasi mengajariku memakai sepeda motor dengan kecepatan 90 km/jam saat itu. Lebih seru. Tak ada batas-batasan ketika seseorang berpacaran, karena tak ada hubungan yang mengharuskan mereka membatasi diri untuk berteman. Ah mereka, mungkin kalau tak ada keseruan mereka, aku tak akan secerewet ini.


Daaaan teman-temanku sudah mempersiapkan target mereka untuk menikah, bermacam-macam.
Bagaimana denganku? Kalau ada teman yang bertanya seperti itu, dengan entengnya aku menjawab, "Ntar yaa, abis wisuda S1." Dengan menjawab seperti itu, tak ada lagi pertanyaan lanjutan kan?
Mmm.... Tapi yaa, tentu, aku juga punya target. Sebelum seperempat abad, yapss sebelum 25 tahun insya Allah. Usia berapa tepatnya? Entahlah, mungkin 22 tahun setelah wisuda, atau 23 tahun ketika koass, atau 24 tahun setelah koass.

Kenapa malam ini aku membahas tentang ini? Karena tadi, tiba-tiba Mbak Nisa bertanya, "Kamu beneran mau nikah habis wisuda S1?" Di sana aku mulai curiga, tampang-tampang mbak Nisa yang mencurigakan. "Emang orangtuamu setuju?" Untuk jawabannya, masih di ujung keyboard :)

Dan di usia ini, aku mulai merasa aneh. Aku tak tau. Banyak sesuatu yang dirahasiakan. Katanya tentang aku. Katanya menunggu waktu yang tepat. Katanya nanti setelah aku cukup umur.
Aku tak suka sesuatu yang berbau rahasia. Aku takut dari rahasia itu menimbulkan prasangka yang tidak-tidak.

Cerita ini penuh teka-teki....

Tidak ada komentar :

Posting Komentar